Selasa, 05 Maret 2013

Confession of a List-holic

Sering bingung mau mengerjakan yang mana duluan akibat banyaknya tumpukan pekerjaan di kantor? Atau malah kerap keteteran dan bikin deadline jadi molor? You are not alone. Saya kadang juga suka gitu. Dan saya yakin banget di luar sana ada banyak banget orang yang menghadapi masalah serupa--terutama cewek! Kenapa cewek? Soalnya, "sebagai wanita, secara alami kita harus menjadi seorang multitasker," gitu kata psikolog Jacqui Marson. Ada kerjaan kantor, tugas2 domestik (baca: mulai dari belanja sampai beberes rumah), urusan asmara, dan sebagainya. Apalagi kalau sudah berkeluarga, tentunya tanggung jawab seorang wanita makin besar.

Trus gimana cara mengatur semua peran dan tanggung jawab itu? Kalau buat saya sih cara paling simpel adalah dengan bikin list; to-do-list lebih tepatnya. Buat saya, to-do-list fungsi utamanya adalah untuk mengingatkan apa saja yang harus saya lakukan, jadi bisa lebih fokus mengerjakan hal yang penting dan nggak membuang waktu dengan percuma. Selain itu saya juga jadi bisa menentukan prioritas, serta mengatur pembagian waktu untuk menyelesaikan berbagai tugas.



Tentunya to-do-list nggak serta merta membuat semua tugas dan tanggung jawab saya bisa berjalan lancar tanpa hambatan. Karena toh pada akhirnya eksekusi dari to-do-list itu kan tergantung dengan situasi dan kondisi saya sendiri. Bisa aja dalam to-do-list hari ini saya cantumkan soal update blog, tapi kenyataannya baru bs dipublish besok akibat kesibukan lainnya. Tapi at least, ada perencaan dan pengaturan. That's what I love about to-do-list.

Saya mulai bikin to-do-list beberapa tahun lalu. Awalnya, atasan saya yang menyuruh semua karyawannya bikin to-do-list tiap pagi. Tujuannya jelas, supaya semua karyawan bisa merancang dari awal penggunaan waktu kerjanya dlm sehari agar efektif, dan si bos pun bs memantau perkembangan suatu tugas/project yg dikerjakan karyawan. Sebagian besar teman-teman mengeluh soal to-do-list yg disuruh si bos ini, "buang-buang waktu, harusnya sudah bisa mulai kerja malah harus mikir dan ngetik to-do-list dulu!" adalah kalimat yg paling sering kedengeran waktu itu. Tapi sebaliknya, saya justru suka banget.

Buat saya, membuat to-do-list di pagi hari sblm memulai semua pekerjaan membuat saya merasa punya kontrol. Saya berkuasa menentukan apa yang harus, apa yang perlu, dan apa yang bisa dilakukan satu hari ini. Bahkan setelah saya nggak ngantor lagi dan bekerja freelance dari rumah, saya tetap bikin to-do-list untuk mencatat tugas2 hari ini (mulai dari beli susu buat anak, sampai soal kirim invoice ke klien). Terkadang saya juga bikin to-do-list utk minggu atau bulan ini; apa saja yg harus diselesaikan atau dicapai.

Jelas, membuat to-do-list membutuhkan waktu dan usaha tambahan. Karena kita jadi harus berpikir di depan mengenai apa saja yang mau dilakukan dan mana yang jadi prioritas. Tapi menurut saya waktu yang 'terbuang' utk bikin to-do-list sama sekali nggak sia2 asal list tersebut benar2 bisa digunakan secara efektif.

Bagaimana dengan Anda? Lebih suka punya to-do-list atau use your time and just do it?

PS: Buat yang baru mau nyoba bikin to-do-list, saya pernah bikin artikel soal "Pentingnya Punya To-Do-List" di website www.dailysylvia.com; silakan baca di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!