Selasa, 16 Juli 2013

Skenario Remang-Remang

"Kenapa baru sekarang?"
"Ya kamu kan tahu alasannya."
"Complicated."
"Lagi pula sinyalmu tidak jelas"
"Aku perempuan, bukan mercusuar. Belajar dong membaca tanda. Jangan apa-apa musti dikasih tahu.'
"Kok jadi marah?"
"Sorry."
"Kamu manis kalau merengut seperti itu."
"Sudah tahu."

...
"Ngomong-ngomong sudah berapa kali?"
"Apanya?"
"Melakukan hal ini?"
"Hmmm..." 
"Sudah, nggak usah jawab. Sering berarti."
"Kok nuduh?"
"Kata hmm itu artinya memberi jeda untuk berpikir. Apakah kamu akan mengatakan yang sebenarnya--atau setidaknya mengurangi angkanya."
"Perempuan memang suka menyimpulkan."
"Memangnya laki-laki tidak?"

...
"Omong-omong kau suka warna lipstikku ini?"
"Lumayan."
"Aku beli saat diskon. Merah menyala. Bukan karena aku suka, tapi itu yang paling murah."
"Kenapa kau ceritakan, sih?"
"Supaya kau tahu. Ada harga yang harus dibayar dengan menjadi perempuan. Tampil alami itu omong kosong. Pada akhirnya kau tetap butuh bedak, lipstik, penjepit bulu mata, dan pemulas pipi."





pembatas bukunya seksi yahhh

Duarrr! PECAH banget bukan sodara-sodara? Yak, itu tadi cuma sepenggal dari cerita berjudul "Skenario Remang-Remang"--yang juga jadi judul buku kumpulan cerpen karya Jessica Huwae. Masih ada 13 cerita lain di dalam buku ini, dan hampir semuanya punya twist mencengangkan. Yah... hidup pada kenyataannya memang penuh dengan kejutan; dan life surprises tersebut menurut saya digambarkan dengan realistis dalam buku ini--tapi tetap bikin imajinasi melayang.


Judul "Skenario Remang-Remang" untuk buku kumcer ini menurut saya udah tepat. Bukan sekadar mengambil salah satu judul cerpen yang jadi andalan--kayak judul album musik yang biasanya pakai judul hit single. Skenario Remang-Remang, buat saya, menggambarkan bagaimana Tuhan membuat skenario hidup ini nggak gampang ditebak layaknya shitnetron. Selain itu, term remang-remang juga bisa memberi kesan seksi, tabu, ilegal, saru, ... memberi ruang bagi otak saya untuk berimajinasi dan menebak-nebak.

Selain cerpen berjudul Skenario Remang-Remang, yang jadi favorit saya juga di buku ini adalah Gate 4. "Njrit! Kampret!!!" adalah makian yang keluar secara spontan, diikuti ketawa ngakak setelah saya tuntas membaca cerpen bersetting bandara itu. Baca deh, saya jamin Anda terkecoh!

Meskipun saya punya 2 cerpen favorit di buku ini, sama sekali bukan berarti saya nggak suka baca yang lainnya. Ternyata bener kata Maggie Tiojakin di acara launching buku ini "Kalau biasanya di kumpulan cerpen ada 2-3 cerita yang nendang, di buku ini semuanya nendang!" It did. Dari bab pertama aja, saya ngerasa 'diobrak-abrik' emosinya dengan rasa haru, kesal, penasaran, laper dan ngiler, sampe tegang krn ending yang horor dari cerita Resep Rahasia Tante Meilan. Berikut-berikutnya juga gitu... till the very last page

Jujur, saya sempat sih skip beberapa kalimat dan diksi yang rasanya terlalu puitis ato romantis buat saya. Hal ini memang sering saya lakukan saat membaca novel--terutama umumnya novel sastra, toh biasanya saya tetap bisa dapat intisari ceritanya. Tapiiii waktu baca buku ini, kalau sempat ada yang saya skip, akhirnya mesti balik lagi :)))) Again, Maggie Tiojakin was right. "Nggak ada kata-kata yang terbuang sia-sia di buku ini," kata Maggie. Jadi nggak ada tuh yang sengaja dipanjang-panjangin cuma supaya halamannya banyak. Semua kalimat yang ada di sini penting utk dibaca dan ngalir mulus dari satu ke lainnya.

Oh iya, jangan kira karena saya kenal baik sama penulisnya, maka review ini diisi dengan segala puja-puji. Yes, Jessica Huwae emang mantan bos yang sekarang jadi partner kerja saya di DailySylvia. I respect her very very much. Tapiiiii yang namanya baca buku dan nonton film tuh buat saya adalah pengalaman pribadi yang nggak akan terpengaruh sama hal-hal seperti pencitraan, rasa nggak enak hati, atau demi menjaga pertemanan. Apalagi ini review yang saya tulis di blog pribadi, jadi bener-bener subjektif dari mata kepala saya sendiri aja. Contohnya waktu baca cerita Menjemput Bapak, saya sampe mewek cuma gara2 kalimat "Setiap bapak adalah sosok pahlawan bagi setiap anak gadisnya." Sebagai anak perempuan satu-satunya, dan punya hubungan deket sama almarhum papa, begimana coba kalimat ini nggak langsung menembus ke jantung? *apus aermata*

As for the flaws, buku ini pun nggak luput dari kesalahan. Selain ada beberapa typo errors yang minor--maklum naluri editor :p ada satu kesalahan yang menurut saya rada fatal yakni salah penyebutan gelar "Bou". Di cerita Pelajaran Patah Hati, tertulis soal Bou Bintang sebagai adik terkecil ibu sang tokoh. Hellooooowww... bou a.k.a namboru itu emang tante sih, tapi menunjuk pd sodara perempuannya ayah. Sbg orang Batak tulen, tentunya saya lgsg sadar dgn kesalahan ini #eaaaakk :p

Oh iya, hampir lupa, cerita yang judulnya Mencintai Elisa juga dijadiin film pendek oleh anak-anak UPH lho! Nih trailernya:  


Demikian review saya terhadap buku kumcer Skenario Remang-Remang. Buat yang belom baca, I would highly recommended you to buy the book. Worth every penny. Buat yang udah baca dan mau sharing opini, atau siapa aja mau ngomentarin postingan ini, monggooo silakan isi kolom comment :)


= Saya kasih nilai 4 dari 5 untuk buku ini =

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!