Kamis, 14 April 2016

Super Didi Meriahkan Hari Kartini

Hari Kartini diperingati setiap 21 April, sebagai simbol emansipasi wanita Indonesia--yang telah mulai diperjuangkan oleh sosok wanita bernama Raden Ajeng Kartini puluhan tahun lalu. Momen Hari Kartini biasanya digunakan untuk mendengungkan kembali hak-hak serta peranan wanita yang begitu besar; baik dalam keluarga, karier, bermasyarakat, bahkan bernegara. Uniknya, tahun ini saya menemukan sesuatu yang "nggak biasa", di mana momen Hari Kartini justru dipakai untuk menonjolkan peranan seorang ayah dalam keluarga, yakni pada film Super Didi yang bakal tayang perdana 21 April 2016 mendatang.

Saya sempet berpikir, jangan-jangan Reymund Levy (the man behind this movie) adalah bapak-bapak yang nggak rela karena Indonesia punya Hari Kartini dan Hari Ibu, tapi nggak merayakan Hari Bapak. Huehehehe. Just kidding.

Dari acara mini conference dengan film maker dan pemain film Super Didi beberapa waktu lalu, saya dapet contekan bahwa meski mengangkat cerita soal ayah, film Super Didi ini sangat relevan dengan Hari Kartini karena berisi pesan betapa pentingnya kehadiran dan peran seorang ibu. And today, saya dapat kesempatan nonton film Super Didi--seminggu lebih awal dari tanggal rilis di bioskop *yippie!* 
tenang saja... posting ini nggak akan memberikan spoiler yang menyebalkan kok ^__~



Super Didi menceritakan pengalaman Arka (Vino G, Bastian) yang mesti mengurus kedua putrinya seorang diri, berhubung sang istri yakni Wina (Karina Nadila) terpaksa pergi ke luar negeri selama 2 minggu. Repot? Pastinya! Seperti ayah pada umumnya, Arka sebenarnya termasuk family man yang penuh kasih sayang dan perhatian pada keluarga; namun karena kesibukan dan pekerjaan, maka pengasuhan Anjani (Anjanique Renney) dan Viela (Aviela Reyna) lebih banyak dilakukan oleh Wina. Kalau untuk mengepang rambut putrinya saja Arka mengalami kesulitan, kebayang dong rempongnya saat harus menyuapi makan, memakaikan baju seragam, bahkan menemani ke toilet umum?

:: Dok. Super Didi ::

:: Dok. Super Didi ::

Bersamaan dengan kepergian Wina, Arka yang merupakan seorang arsitek itu mendapatkan sebuah project bernilai triliunan rupiah--yang artinya setumpuk pekerjaan pun mesti diselesaikan dengan deadline seketat legging. Huft. Bagai buah simalakama, Arka tak bisa memilih antara pekerjaan dan kedua putrinya. Di satu sisi Arka ingin selalu ada untuk Anjani dan Viela, tapi di sisi lain dia pun harus bekerja untuk menghidupi keluarga dan demi masa depan anak-anaknya juga.  

Film ini menampilkan banyak peran dalam keluarga dan masyarakat urban; 
:: Dok. Super Didi ::
Pembajak!
:: Dok. Super Didi ::
  • kakek dan nenek (Mayang alias Oma Sayang diperankan oleh Ira Maya Sopha dan Opa diperankan Mathias Muchus), 
  • asisten rumah tangga (Mbak Ami diperankan Tizza Radia), 
  • pasangan suami istri yang baru menikah setahun dan sering bertengkar (Patty Sandya as Meisya dan Verdi Solaiman as Key), 
  • temen sekantor yang mulai lirik-lirikan, 
  • ibu-ibu rempong di sekolah anak. 
  • kelompok arisan ala sosialita, 
  • Pembajak a.k.a Perhimpunan Bapak Jaga Anak. 

Makanya, film ini layak dan idealnya memang ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Selain menghibur, masing-masing anggota keluarga bakal bisa dapat pelajaran dari film ini.


Ide cerita yang simpel dan menggambarkan daily life of parenthood--terutama kaum ayah urban masa kini--menjadi daya tarik utama film ini. Sebagai seorang mahmud (mamah muda) myselfI can totally relate. Baper deh nontonnya. 

Daya tarik lainnya, menurut saya, adalah akting outstanding dari para pemainnya. My personal favorite was Anjanique and Aviela. WOW! Mereka bener-bener natural, very talented, dan mengingatkan saya dengan kedua putri saya sendiri: Shalom dan Glow. Selain itu, akting Vino juga saya beri acungan jempol, karena mampu keluar dari karakteristik bad boy nan cuek, urakan, cenderung konyol--yang melekat padanya dari berbagai film sebelumnya--menjadi sosok ayah muda yang berusaha sekuat tenaga utk mewujudkan super daddy. 

Anjanique as Anjani
:: Dok. Super Didi ::

Aviela as Viela
:: Dok, Super Didi ::

Overall, saya pastinya merekomendasikan film Super Didi ini untuk ditonton bersama seluruh anggota keluarga: ayah, ibu, anak, kakek, nenek, om, tante, sampe ART. Bahkan buat Anda yang belum berkeluarga, film ini bisa jadi head start alias contekan tentang repotnya (sekaligus membahagiakannya) pengalaman ngurus anak. Hehehe. So, jangan lupa rayakan Hari Kartini nanti dengan menyaksikan Super Didi di bioskop kesayangan Anda.     

= Saya kasih nilai 3,5 dari 5 untuk film ini =

   



4 komentar:

fanny fristhika nila mengatakan...

film2 vino g bastian udh jaminan mutu harusnya :).. selalu suka... kyknya aku bkl tonton film ini mbak.. tgl 21 ntr juga bkl ada film kartini kan ya.. tp nth kenapa aku malah ga gitu suka film2 yg kolosal gitu, rada bosenin aja ;D.. jd lebih enak nonton yg family movie beginilah ;)

Tira Soekardi mengatakan...

wah jadi mau nonton nih,

Sonya Tampubolon mengatakan...

::fany fristhika nila::
Surat Cinta Untuk Kartini (SCUK) ya maksudnya? Kayaknya yg itu lbh drama romantis dgn nilai2 historis yaaaa. Tapi lumayan bgt Hari Kartini taun ini film lokalnya variatif, ada satu lg yg tayang 21 April klo gak salah genre thriller ato horor gitu.

Sonya Tampubolon mengatakan...

::Tira Soekardi::
Yuk, nonton ya mbak :) makasih udh mampir!

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!